![]() |
ilustrasi |
Parimo- Mesin penghancur sampah medis (incinerator) milik RSUD Anuntaloko
Parigi, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) masih teronggok begitu saja di
halaman rumah sakit (RS). Bisa mubazir, kalau incinerator tersebut belum juga
dioperasikan. Padahal, benda tersebut telah ada setelah dianggarkan pada 2015
lalu. Tak tanggung-tanggung, rupiah yang digunakan pada pengadaan incinerator mencapai
Rp1,2 miliar.
Akibat lama
tidak beroperasi, sejumlah limbah berbahaya, sampah medis yang dihasilkan RS
Anuntaloko yang seharusnya dihancurkan lewat incinerator justru hanya dibuang
di tempat pembuangan sampah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pemukiman
warga di Jonononu, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parimo.
Bekas direktur
RSUD Anuntaloko Parigi, dr Revy Tilaar yang seharusnya bertanggung jawab
terkait pengadaan incinerator pada 2015 lalu, terkesan lepas tangan. Ia
beralasan bahwa kendala yang dihadapi saat ini karena belum mendapat izin
oprasional dari kementrian lingkungan hidup.
Alasan lain
yang disampaikan Revy bahwa pihak RS masih sementara melengkapi dokumen-dokumen
yang dibutuhkan sebagai persyaratan pengoprasian incinerator sejak setahun
lalu. Bahkan dalam waktu dekat, katanya, pihak kementerian lingkungan hidup
akan turun melakukan pemeriksaan.
“Tapi
sekarang chek list-nya sudah lengkap.
Kalau sudah ada izin dari kementerian sudah akan dioperasikan,” kata Revy.
Selain itu,
ia juga berdalih bahwa memang dalam pengurusan opersional mesin penghancur
sampah medis tersebut membutuhkan waktu lama, bahkan sampai satu tahun. “Memang
ini lama, sama seperti di daerah lain, misalnya di jawa,” katanya.
Untuk diketahui,
belum lama ini pihak RS Anuntaloko Parigi, Kabupaten Parimo seakaan seenaknya
saja membuang limbah beracun. Berdasarkan penelurusan yang dilakukan di TPAS Jononunu,
ditemukan banyak tumpukan kantong plastik berisi sampah infeksius atau sampah
medis yang sangat berhaya bagi kesehatan.
Beberapa
diantaranya adalah suntik beserta jarumnya, bekas kantung darah, kaos tangan
karet berlumuran darah, infus dan selang infus yang masih berisi darah, botol
obat, kain kasa dipenuhi gumpalan darah dan selimut yang tampaknya terkena
bercak darah bertuliskan logo RSUD Anuntaloko. dd