Idham: Hanya Dengan Intervensi Menyetop
Memberi Makan.
Parigi Moutong, Sultengaktual.com- Stunting,
adalah salah satu kasus kesehatan yang dianggap kompleks oleh pemerintah di era periode kedua presiden Joko Widodo.
Bahkan dalam penanganan urusan stunting, delapan kementerian beserta sejumlah
lembaga lain bersepakat menandatangani perjanjian kerjasama mengurus masalah stunting
alias gizi buruk di negara ini.
Hal mengejutkan, belum separuh tahun pasca
ditekennya nota kesepahaman itu, baru-baru ini sudah terkabar kalau upaya
penurunan prevalensi stunting berhasil ditangani petugas kesehatan dari tepian ibukota
Kabupaten Parigi Moutong. Provinsi Sulawesi Tengah.
Keberhasilan melawan stunting itu muncul
dari Kecamatan Parigi Barat, letaknya di Desa Air Panas. Bayi yang terindikasi dihinggapi
gejala stunting berumur 4 bulan. Sebuah kesyukuran, hanya durasi sebulan lebih tumbuh
kembang bayi itu meningkat.
“Dalam penanganan tim, salah satu bentuk
intervensi yaitu dengan menyetop pemberian makanan kepada bayi. Alhamdulillah, hanya
satu bulan lebih kami tangani, berat badan naik serta tinggi bertambah 1 centimeter
lebih,” ungkap kepala Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat, Idham
Panggagau.
Dijelaskan Idham, sejak diketahui bahwa bayi
itu mengalami penurunan berat badan, tindakan intervensi yang dilakukan tim
kesehatan mewajibkan ibu bayi itu untuk memberi asupan berupa air susu ibu
(ASI). Sejak saat itu pemberian makan dihentikan, diganti dengan asupan ASI
yang teratur.
“Sebab dalam petunjuk kesehatan, sejak
usia lahir hingga 2 tahun bayi wajib mengonsumsi ASI,” jelasnya.
Secara khusus soal stunting, Idham menguraikan,
dalam penanganannya terhadap ibu hamil hingga anak usia 2 tahun, atau dalam teori
usia seribu hari pertumbuhan. Metode penghitungan seribu hari itu termasuk usia
bayi sejak dalam kandungan.
Idham bertutur, penemuan kasus stunting di
Parigi Barat lewat laporan bidan-bidan desa yang kemudian ditelusuri oleh tim pelacak
stunting. Hasil investigasi, hanya dua desa yang tidak terdapat kasus gejala stunting,
dari enam jumlah desa di Kecamatan Parigi Barat. Data perolehan tim pelacak kemudian
jadi bekal petugas Puskesmas Lompe Ntodea bertindak.
Gerakan pengentasan rawan stunting, kata
Idham, masih terus dikerjakan. Kesuksesan merontokkan satu kasus stunting
baru-baru ini, katanya, bukan sebuah prestasi yang kemudian dibangga-banggakan.
“Keberhasilan itu justru kami jadikan sebagai motivasi dalam intervensi program
yang terfokus pada urusan yang jadi faktor pemicu rentan gizi buruk,” ucap Idham
pada Jumat, 14 Februari 2020.
Kepada Sultengaktual.com, mantan
Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Parigi Moutong itu juga membongkar gagasan
yang telah dan kini digalakan. Sebuah inovasi konsep sebagai senjata memerangi kasus
stunting yang sudah beraksi sekarang ini adalah pelibatan kaum milenial. Manuver
mengintervensi program ala remaja usia 15-24 tahun itu dinamai ‘Bro Kamu
Penting’.
‘Bro Kamu Penting’, merupakan
penggabungan istilah dan akronim. Bro, diambil dari trend milenial ketika
saling sapa. Sedang ‘Kamu Penting’ adalah singkatan dari ‘Kaula Muda Peduli
Stunting’. Gagasan yang dikemas dalam brand Bro Kamu Penting itu
ternyata sudah dilibatkan sejak terbentuk tahun 2019.
Ide mencampuradukkan program pemerintah
dengan gagasan baru dari Idham Panggagau itu belum cukup pada gerakan ‘Bro Kamu
Penting’. Sekarang ini Idham sudah merencanakan satu lagi konsep kebutuhan
pelayanan kesehatan.
Adalah ‘Masyarakat Mandiri Peduli Sehat’
atau disingkat ‘Mari Lihat’, dalam waktu tidak lama lagi akan beraksi.
“Semua niat dalam pembaruan konsep kerja
ini tujuannya satu, yakni kesehatan masyarakat. Dan secara spesifik menyangkut
urusan stunting. Komunitas-komunitas itu kemudian menjadi penyambung edukasi kesehatan
hingga pencegahan stunting. Termasuk pengetahuan tentang dampak lingkungan yang
sangat penting untuk dipahami seluruh masyarakat, tanpa terkecuali,” ujarnya.
Lebih gamblang diuraikan Idham, salah satu
program prioritas pemerintahan saat ini adalah pembangunan sumber daya manusia.
Tujuannya bukan lain demi mencetak generasi emas yang sehat dan kuat, diantaranya
upaya merontokkan angka stunting dari desa. “Alasan itu sehingga dilahirkan
konsep kerjasama lewat komunitas yang merupakan bagian dari upaya maksimal kami
dari Puskesmas Lompe Ntodea,” beber Idham.
Selain jadi bagian dari tanggung jawab sebagai
abdi negara, hal itu dilakukannya juga sebagai wujud tanggung jawab kepada
masyarakat. Mudah-mudahan, harap Idham, seluruh yang terlibat dalam
implementasinya tak surut semangat hingga menampakkan hasil yang sebagaimana menjadi
asa bersama.
“Pemicu kerawanan stunting atau gizi buruk sebenarnya multifaktor,
sehingga dalam metode memeranginya perlu upaya multisektor,” jelas Idham.
Penulis: Andi Sadam