PALU
- Hingga Oktober 2016, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palu mencatat kurang lebih
495 balita di Kota Palu mengalami gizi kurang atau sama dengan 1,5 persen dari
total jumlah balita di Kota Palu. Namun angka itu, berdasarkan ilmu kedokteran
kesehatan masyarakat secara statistik masih dalam batas wajar.
Dimana,
revalensi secara nasional, target balita gizi kurang yakni 5 persen, tetapi
Kota Palu saat ini sudah melampaui jauh dibawa target tersebut atau kurang dari
5 persen.
Sementara,
selain balita gizi kuang, pihak Dinkes Kota Palu juga menemukan
sedikitnya kurang lebih 52 anak balita terserang penyakit gizi buruk atau
sama dengan 0,15 persen dari total keseluruhan balita di Palu. Angka balita
penderita gizi buruk ini, masih sama dengan angka pada tahun 2015 lalu, artinya
angka tersebut tidak mengalami perubahan.
Sekretaris
Dinkes Kota Palu, Royke Abraham menyatakan, dua kasus tersebut saat ini 100
persen tertangani, dala artian teranggarkan dalam Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) pemulihan gizi baik lewat posiandu, maupun sarana kesehatan lainnya.
“Dua kasus ini
refalensinya masih dalam ambang wajar. Target capaian gizi kurang secara
nasional itu ditetapkan Kementerian kesehatan RI 5 persen, kalau gizi
buruk 1 persen, sementara kita di Kota Palu secara statistik menunjukan angka
dibawah target,” jelas Royke saat ditemui di ruang kerjannya, Senin (7/11).
Meski begitu,
dirinya tidak terpaku pada angka statistik. Sebab menurtnya, pemulihan gizi
pada setiap anak balita rutin dilaksanakan. Meskipun secara statistik, Kota
Palu mendapat predikan wajar. Dipaparkannya, ketika terdeteksi mengalami gizi
kurang ataupun gizi buruk, balita tersebut memiliki hak mendapatkan pemulihan,
sehingga hal ini wajib ditangani dan menjadi tanggung jawab pemerinah dalam
rangka memperbaiki pembangunan kesehatan.
Sehingga, untuk
menangani kasus tersebut, Pemerintah pusat membuat satu program dinamai rumah
pemulihan gizi. Untuk Kota Palu saat ini, Pemkot telah menyediakan delapan
rumah pemulihan gizi yang bertempat di Puskesas Bulili Kelurahan Petobo, puskesmas
Kelurahan Kamonji, Puskesas Kelurahan Patoloan, Puskesmas Kelurahan Mamboro,
Puskesmas Kelurahan Tlise, puskesmas Kelurahan Birobuli, puskesman Mabelopura
dan puskesmas Sangurara.
Setiap orang
tua balita mengantar anaknya ke-rumah pemulihan gizi papar dia, akan dibantu
biaya transportasinya sebesar Rp 20 ribu sekali datang.
“Iya, kita
berikan mereka uang saku sebagai pengganti uang transportasi meskipun nilainya
tidak seberapa. Ini terus dijalankan oleh pemerintah untuk selalu
memenuhi gizi setiap balita di Kota Palu,” terangnya.
Di rumah
pemulihan gizi tersebut, balita ditangani secara intens melalui petugas medis
setempat dengan asupan makanan tambahan, seperti bubur, sayur sayuran, buah
buahan, susu dan makanan bergizi lainnya, dengan tujuan agar kondisi gizi
balita tersebut bisa kembali normal.
Dia
menguraikan, pada proses pemulihan gizi pada bailta yang mengalami gizi kurang
paling lama ditangani kurag lebih tiga bulan. Sementara gizi buruk, ditargetkan
selama enam bulan. WN