Menanggapi Protes Presiden
Terhadap Kostum Penari
PARIMO - Kepala Dinas Pemuda, Olahraga Bidaya dan Pariwisata (Disporabudpar)
Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Mawardin menyebutkan bahwa presiden RI Joko
Widodo sembarang mengritisi, tanpa melihat atau memahami latar belakang apa
yang dikritisi.
![]() |
Mawardin |
Pernyataan Mawardin ini menanggapi
statemen Jokowi pada acara puncak Sail Tomini 19 September 2015 di dusun
Kayubura, Desa Pelawa Baru.
Dari sejumlah protes yang
dilontarkan Jokowi dalam menyampaikan sambutan, salah satunya terkait desain
kostum yang digunakan penari saat tampil memeriahkan acara puncak tempo itu.
Menurut Mawardin, keterangan Jokowi
itu hanya sepintas. Katanya, presiden RI ke 7 itu tidak mengenal background dari apa yang ditampilkan.
“Dia (Jokowi) tidak mengetahui
latar belakang, kenapa sehingga penari tersebut mengenakan kostum seperti yang
ditampilkan pada acara puncak Sail Tomini,” ucap Mawardin kepada sejumlah
wartawan di ruang kerjanya belum lama ini.
“Tanggapan saya, presiden
mengoreksi terkait baju. Padahal, kita tidak sembarang menentukan warna.Tarian
yang ditampilkan di acara itu adalah tari yang diambil dari sejarah masyarakat Tomini—wilayah
utara Kabupaten Parimo. Warna yang kita ambil pada kostum yang digunakan
diambil dari warna kulit kayu. Itu
menceritakan bahwa pada zaman itu, masyarakatnya masih primitif, atau masih
mengenakan pakaian dari kulit kayu,” katanya.
Bahkan menurut Mawardin, Jokowi
dinilai keliru saat menyampaikan koreksi. Menurut Mawardin, harusnya Jokowi
bertanya lebih dulu, apa alasan sehingga
penari mengenakan kostum seperti itu.
“Saat melayangkan protes, presiden
Jokowi tidak menanyakan apa latar belakang atau alasan kenapa sehingga memilih
warna tersebut. Jika seandainya presiden bertanya seperti itu, maka kami pasti
akan menjawab dan menjelaskannya,” katanya.
Tidak hanya kostum, bingga/tonda
atau bakul yang dibawa penari saat tampil, juga menjadi sorotan Jokowi.
Kata Mawardin, bentuk bakul yang
dibawa penari saat tampil itu sudah pas.
Menurutnya tidak ada yang salah dari bakul tersebut.
“Sudah seperti itu lah bentuk
bingga (bakul) yang digunakan dalam tarian. Bingga yang digunakan untuk tari,
tidak harus dibuat seindah dan serapi mungkin. Ya saya kira kalau yang hanya
digunakan untuk tari, tidak perlu dibuat se-necis
apa yang Jokowi inginkan. Kalau memang bingga itu dibuat untuk dipamerkan, pasti
kita buat serapi mungkin,” ucapnya.
Seperti diketahui, pada acara
puncak Sail Tomini lalu, di hadapan ribuan masyarakat, 15
menteri kabinet kerja, sejumlah gubernur dan bupati, presiden Jokowi terdengar
sedikit mengkritisi pelaksanaan acara puncak Sail Tomini.
Menurut Jokowi, pelaksanaan acara puncak Sail Tomini di
Dusun Kayubura sudah terbilang bagus, namun masih ada yang sebenarnya perlu
dilakukan sebelum hari H.
Katanya, sosialisasi tentang Sail Tomini dianggap belum
maksimal. Harusnya menurut Jokowi, paling tidak dua tahun sebelum pelaksanaan
acara puncak, promosi atau sosialisasi melalui media elektronik, media cetak
maupun media sosial sudah harus dilakukan, agar hasilnya lebih sempurna.
Selain terkait promosi, kritikan lain dari Jokowi tentang
tari tradisional yang diperagakan pada acara puncak tersebut. Harusnya kata
Jokowi, tarian itu dipersiapkan secara maksimal dengan melibatkan koreografer
yang profesional.
"Saya saksikan tari tradisional Songulara Mombangu
sudah baik. Tapi menurut saya, tarian ini akan lebih bagus kalau dipersiapkan
sejak jauh hari, maka akan menghasilkan tarian yang sangat sempurna,"
ucapnya.
Tidak puas hanya menyampaikan kritikan melalui sambutan,
Jokowi memanggil salah seroang penari dan seniman Yuku Mokodompis ke panggung.
Jokowi menanya langsung waktu latihan yang digunakan para penari.
"Kamu latihan ini berapa lama,” dijawab enam bulan oleh
Litnawati. "Tidak cukup, seharusnya kamu latihan sejak dua tahun
lalu," ujar Jokowi.
Bahkan soal kostum penari pun menjadi sorotan Jokowi.
Menurutnya, jika pembuatan kostum penari tersebut melibatkan desainer
professional maka dipastikan akan menghasilkan kostum yang sangat menarik. dd